Warning: include(/www/wwwroot/wisatapalu.com/wp-includes/assets/script-modules-packages.min.php): Failed to open stream: No such file or directory in /www/wwwroot/wisatapalu.com/wp-includes/script-modules.php on line 142

Warning: include(): Failed opening '/www/wwwroot/wisatapalu.com/wp-includes/assets/script-modules-packages.min.php' for inclusion (include_path='.:') in /www/wwwroot/wisatapalu.com/wp-includes/script-modules.php on line 142

Warning: foreach() argument must be of type array|object, bool given in /www/wwwroot/wisatapalu.com/wp-includes/script-modules.php on line 144
Wisata Religi di Kota Palu Kubah Mesjid 7 Warna - Wisata Palu

Wisata Religi di Kota Palu Kubah Mesjid 7 Warna

Wisata Religi di Kota Palu berupap kubah mesjid tujuh warna. Mesjid Arkam Babu Rahman atau yang dikenal oleh masyarakat sekitarnya sebagai mesjid apung adalah sebuah icon yang banyak dikunjungi oleh masyarakat maupun pendatang yang ingin merasakan sensasi wisata religi di kota Palu. Masjid ini akan tampak begitu megah dan indah dengan balutan warna krem yang mendominasi dipadukan warna hijau dan emas di seluruh bangunannya.

wisata Palu mesjid religiJika sore hari menjelang malam, banyak warga menghabiskan waktunya di depan dan di dalam masjid. Ada yang sekedar berfoto-foto dengan latar belakang masjid, juga ada yang melaksanakan ibadah salat berjemaah di dalam masjid. Mesjid yang terletak di jalan cumi-cumi, Palu Barat ini dibangun di depan pertamina. Meskipun terlihat kecil, ternyata bangunan ini mampu menampung jamaah 150 hingga 200 orang.Sebuah wisata religi di Kota Palu yang begitu menakjubkan.

Masjid ini dibangun oleh Muhammad Hasan Bajamal sejak 19 Januari 2011 dan selesai pada 19 Januari 2012 dan diresmikan langsung oleh oleh Gubernur Sulawesi tengah, Longki Djanggola. Menurut cerita, dibangunnya mesjid ini adalah untuk mengenang jasa almarhum Syekh Abdullah Raqi atau Datuk Karama. Datuk Karama merupakan ulama asal Minangkabau, Sumatera Barat, yang diyakini oleh masyarakat Palu sebagai penyiar agama Islam pertama sejak abad ke-17.

Informasi tambahan bahwa saat ini Mesjid mengalami kerusakan setelah di tempa Tsunami. Kondisi mesjid tujuah warna mengalami patah tiang sehingga terendam air laut ketika terjadi pasang.

Berjarak 30 meter dari bibir pantai, mesjid ini berdiri tegak di atas lebih dari 25 tiang penyangga yang dapat terlihat jelas saat air surut.  Jalam masuk menuju ke dalam mesjid ini dibangun jembatan yang berlantai tegel, dengan dihiasi beberapa lampu penerang pada sisi kiri dan kanan besi yang tertanam di dalam tembok jembatan.

Saat masuk ke dalam, sensasi yang pertama kali di rasakan adalah angin yang laut yang bertiup kencang. Pemandangan yang dapat dilihat dari mesjid ini, kita dapat menikmati indahnya teluk palu dan kemegahan Jembatan Ponulele atau yang sering disebut jembatan IV, yang tidak jauh dari lokasi masjid saat malam hari.

Mesjid apung ini selain unik karena lokasinya yang dibangun di atas laut, juga indah karena dibangun dengan gaya modern. Hal ini terlihat dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembangunannya, menurut informasi keramik yang digunakan untuk lantai mesjidnya adalah asli berasal dari India. Tidak hanya itu, desainnya yang berbeda karena mesjid ini memiliki satu kubah besar dan empat kubah kecil yang mengelilingi setiap sudutnya.wisata palu jembatan ponulele

Saat malam hari, keempat kubah tersebut akan memancarkan tujuh warna dalam selang beberapa menit kubah mesjid ini berganti-ganti warna menjadi merah, jingga, hijau, unggu, biru, pink dan putih. Hal inilah yang menjadi daya tarik utama para pengunjung.

Ada sepenggal kisah dibalik pembangunan mesjid yang berlokasikan di bibir pantai. Dulunya,  lokasi berdirinya masjid ini terhubung langsung dengan dua pusat hiburan malam di Palu, kafe remang-remang Pantai Taman Ria dan Lokalisasi Pantai Talise di mana terdapat banyak pekerja seks komersial (PSK). Olehnya itu, lokasi masjid ini sering menjadi tempat maksiat anak-anak muda. Dijadikan tempat mabuk-mabukan, pacaran, bahkan sampai berhubungan badan. Tapi sejak masjid ini ada, segala bentuk maksiat itu tidak ada lagi.

Melihat kenyataan itu, mesjid ini dibangun untuk menghilangkan segala jenis kemaksiatan yang dulu sering terjadi di sekitar lokasi masjid. Meskipun lokasi mesjid ini memiliki catatan buruk di masalalunya, tidak membuat masjid ini sunyi dari jemaah ataupun pengunjung yang hanya sekadar singgah. Nyatanya, masjid ini telah menjadi salah satu objek wisata religi baru bagi warga Palu dan umumnya bagi warga Sulawesi Tengah.

Demikian sebuah wisata religi di Kota Palu, yang dapat dinikmati ketika berkunjung di Kota Palu. Sebuah tempat selain dapat menikmati keindahannya dapat pula melakukan ibadah ketika datang waktu Sholat. Pengunjung dapat menikmati sensasi yang paling indah ketika menjelang Sholat Magrib, sambil melakukan ibadah di dalam Mesjid ini.

Scroll to Top