Baju Adat Kota Surakarta – Kota Surakarta memiliki budaya yang kaya dengan kebudayaan adat tradisional yang telah dipelihara selama berabad–abad. Baju adat tradisionalnya dikenal sebagai “Kebaya Surakarta“. Kebaya ini memiliki desain khas yang disebut “Topeng Kepiting“ karena corak luar adalah tanda melengkung menyerupai cangkang kepiting.
Daftar Isi
Desain ini menggabungkan hijau dan ungu, yang dianggap sebagai warna sejuk dan berprestasi, masing–masing. Bagian dalam kebaya ini biasanya berwarna krem, perak, atau emas. Kebaya Surakarta juga biasanya dikenakan dengan ikat pinggang atau ikat pinggang. Di beberapa bagian daerah, ikat pinggang bisa menjadi ikat pinggang yang diselimuti dengan lilitan kain.
Daftar pakaian adat komplit Indonesia mempunyai sebanyak tiga puluh empat baju adat. Jumlah ini layak dengan jumlah provinsi Indonesia sebanyak 34. Dari puluhan jumlah provinsi tersebut tentunya setiap daearh terdiri dari banyak suku yang memiliki adat istiadat dan kebudayaan yang tentu berbeda dengan daerah lainnya.
Mengutip buku tentang Baju Adat Kota Surakarta karya Abdurachman, dkk (1995), baju adat tradisional tempat ialah salah satu elemen kebudayaan daerah. Unsur kebudayaan tersebut memiliki fungsi yang cocok dengan pesan-pesan nilai budaya yang ada di dalamnya. Kecuali itu, berkaitan secara langsung dengan aspek-aspek lain seperti aspek sosial, aspek ekonomi, aspek keamanan, hingga aspek politik.
Apa yang Dimaksud dengan Pakaian Adat?
Indonesia terdiri dari keberagaman budaya dan adat-istiadatnya di beberapa tempat seperti Baju Adat Kota Surakarta masih dipertahankan secara turun temurun. Berbeda adat-istiadat, berbeda juga perilaku serta pakaian adatnya.
Apa yang dimaksud dengan pakaian adat tiap-tiap tempat di Indonesi?. Tiap-tiap kawasan di Indonesia memiliki adat-istiadat yang berbeda-beda tergantung dengan perilaku dari adat istiadat sehari-hari masyarakatnya.
Indonesia terdiri dari keberagaman adat istiadat dan adat-istiadatnya di beberapa daerah (Baju Adat Kota Surakarta) masih dipertahankan secara turun temurun. Berbeda adat-istiadat, berbeda juga perilaku serta baju adatnya.
Apa yang dimaksud baju adat adalah pakaian dijadikan sebagai simbol untuk mengekspresikan label dari suatu kelompok masyarakat tertentu. Ini juga yakni pakaian khas yang menjadi pembeda antardaerah.
Apa yang Dimaksud dengan Baju Adat Kota Surakarta?
Bukan cuma di Indonesia, tiap-tiap negara di segala dunia juga mempunyai Baju Adat Kota Surakarta masing-masing mewakili kelompok masyarakat mereka. Karena pakaian adat merupakan pakaian yang diciptakan dengan ciri dan karakteristik khas dari masyarakat daerah tersebut.
Setiap Baju Adat Kota Surakarta lazimnya terdiri dari beberapa komponen komplit dari kepala sampai kaki. Berikut ini merupakan bagian bagian umumnya ada pada pakaian adatnya.
1. Atasan
Atasan merupakan komponen inti yang senantiasa ada, pembuatannya pantas sama kebudayaan ada pada masyarakat. Seperti contohnya baju seba panjang, pakaian kurung, kebaya atau juga jas. Lazimnya atasan ini juga dihiasi sama motif sesuai dengan khas daerahnya.
2. Bawahan
Bawahan merupakan pasangan dari atasan yang juga ialah komponen penting. Modelnya juga dapat bervariasi, umpamanya ada busana pria mengaplikasikan celana panjang lalu dibalut dengan kain songket.
3. Tutup kepala
Bagian selanjutnya yakni penutup kepala, contohnya mahkota, ikat kepala, blangkon, udheng, kopiah dan lainnya. Antara pria dan wanita pastinya memiliki perbedaan.
4. Kain Selempang
Aksesoris atau komplementer berikutnya ialah kain selempang, kain ini berupa seledang yang panjang biasanya diletakan pada sisi bahu bagus pria atau wanita. Bahan kain itu umumnya terbuat dari batik, ulos, songket dan lainnya.
5. Ikat Pinggang
Setiap daerah memiliki khasnya masing-masing, bentuknya juga bisa berbeda-beda. Melainkan tujuan adanya ikat pinggang biasanya sebagai penahan bawahan. Ada berbahan kulit hewan, kain songket sampai logam mulia seperti emas.
6. Perhiasan dan Alas kaki
Perhiasan biasanya ditemui pada baju khas wanita yakni gelang, kaling, cincin dan juga anting. Padahal alas kaki menjadi komponen pelengkap bagian bawah, modelnya berjenis-jenis disesuai dengan adat-istiadat yang berlaku.
Contoh Baju Adat Kota Surakarta
Menjaga kelestarian adat-istiadat suatu daerah yakni tanggung jawab segala masyarakat. Salah satu bentuk melestarikannya yaitu memahami apa yang dimaksud dengan baju adat serta bagian.
Fungsi Baju Adat
Salah satu fungsi pakaian adat ialah untuk memeringati perayaan hari besar. Pakaian adat akan dikenakan dalam tiap-tiap perayaan hari besar. Nah, pakaian adat juga memperlihatkan atau memastikan peran seseorang dalam perayaan hari besar di tiap tempat, Kids. Pakaian adat mempunyai fungsi sebagai penentu status sosial.
1. Label Tiap Daerah
Baju adat yang berbeda-beda ini adalah suatu label tiap-tiap daerah. Sahabat-sahabat dapat mengenali kebudayaan suatu tempat melalui Baju Adat Kota Surakarta yang dikenakan.
Seperti pakaian dengan motif batik dan kebaya menjadi ciri khas dan label masyarakat Jawa. Meski kain ulos yang disampirkan atau disarungkan menjadi ciri masyarakat Batak.
2. Perayaan Hari Besar
Selain sebagai jati diri tiap daerah, pakaian adat ini juga banyak digunakan pada berjenis-jenis acara kebudayaan. Tiap-tiap perayaan hari besar di tiap-tiap daerah akan memakai baju adat.
Baju Adat Kota Surakarta ini juga akan mempertimbangkan posisi atau peran seseorang dalam sebuah acara atau perayaan hari besar. Seperti dikala perayaan hari besar di Bali, semua perempuan akan memasang kebaya dengan selendang di pinggang.
3. Pernikahan
Baju Adat Kota Surakarta juga sering diaplikasikan dalam perayaan acara pernikahan. Pada acara besar itu, pengantin laki-laki dan perempuan akan melingkarkan pakaian adat dengan beragam dekorasinya.
Pun pada beberapa daerah, pasangan itu akan memasang penutup kepala yang khas dan unik. Seperi penganti perempuan suku Bugis yang memasang hiasan kepala dengan berat sekitar 2,5 kg.Hiasan kepala itu malahan penuh ukiran yang indah.
4. Penanda Umur atau Status Sosial
Hingga sekarang di sebagian daerah baju adat memiliki beragam fungsi untuk menandai umur atau status sosial. Seperti di Bali, ada beberapa pakaian adat yang tak boleh dikenakan oleh perempuan atau laki-laki yang belum menikah. Atau di Yogyakarta, merupakan sebagian pakaian adat yang hanya boleh dikenakan oleh sultan dan anggota kesultanan saja.
10 Pertanyaan dan Jawaban perihal Baju Adat Kota Surakarta
10 adat yang ada di yogya dan surakarta yang masih
Pertanyaan: 10 adat yang ada di yogya dan surakarta yang masih dilestarikan sampai sekarang..
1. Keraton Surakarta (Centraljava Surakarta)
2. Batik
3. Ketoprak
4. Pagelaran wayang kulit
5. Tari Srikandi/ Tari Panah
6. Pertunjukan wayang orang
7. Sinden
8. Tayub
9. Keris
10. Sekaten
salah sawijine busana adat surakarta ,,
Pertanyaan: salah sawijine busana adat surakarta ,,
MATA PELAJARAN : SENI
JAWABAN:
Pakaian adat Surakarta adalah baju jangkep
MAAF KALO SALAH
Sebutkan dan jelaskan 3 istilah adat yang ada di Jawa
Pertanyaan: Sebutkan dan jelaskan 3 istilah adat yang ada di Jawa Tengah khususnya Kota Surakarta
Jawaban:
istilah adat dijawa tengah dari pakaian adat
1. Untuk laki-laki, ada namanya pakaian Jawi Jangkep yang terdiri dari atasan hitam berpadu dengan jarik sebagai bawahan
2. Sudah tidak asing, kebaya adalah pakaian adat Jawa Tengah yang sering digunakan perempuan dalam acara formal maupun pernikahan
3. Kalau batik, baik laki-laki maupun perempuan bisa pakai. Bentuknya pun beragam, dari kemeja hingga dress
maaf kalau salah
1. Letak astronomis kota surakarta ? 2. Sebutkan ekonomi kota
Pertanyaan: 1. Letak astronomis kota surakarta ?
2. Sebutkan ekonomi kota surakata ?
3. Sebutkan sosial kota surakarta ?
4. Sebutkan budaya kota surakarta ?.
5. Letak geografis kota surakarta ?
1. Kota Surakarta terletak diantara 110 45` 15″ – 110 45` 35″ Bujur Timur dan 70` 36″ – 70` 56″ Lintang Selatan
2. Industri batik menjadi salah satu industri khas Surakarta. Sentra kerajinan batik dan perdagangan batik antara lain di Laweyan dan Kauman. Pasar Klewer serta beberapa pasar batik tradisional lain menjadi salah satu pusat perdagangan batik di Indonesia. Perdagangan di Surakarta berada di bawah naungan Dinas Industri dan Perdagangan
Selain Pasar Klewer, Surakarta juga memiliki banyak pasar tradisional, di antaranya Pasar Gedhe (Pasar Besar), Pasar Legi, dan Pasar Kembang. Pasar-pasar tradisional yang lain menggunakan nama-nama dalam bahasa Jawa, antara lain nama pasaran (hari) dalam Bahasa Jawa: Pasar Pon, Pasar Legi, sementara Pasar Kliwon saat ini menjadi nama kecamatan dan nama pasarnya sendiri berubah menjadi Pasar Sangkrah. Selain itu ada pula pasar barang antik yang menjadi tujuan wisata, yaitu Pasar Triwindu/Windu Jenar (setiap Sabtu malam diubah menjadi Pasar Ngarsopuro) serta Pasar Keris dan Cenderamata Alun-Alun Utara Keraton Surakarta.Pusat bisnis kota Surakarta terletak di sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Beberapa bank, hotel, pusat perbelanjaan, restoran internasional, hingga tujuan wisata dan hiburan terletak di sepanjang jalan protokol ini, termasuk Graha Soloraya, Loji Gandrung (rumah dinas wali kota). Pada hari minggu pagi, jalanan Slamet Riyadi khusus ditutup bagi kendaraan bermotor, untuk digunakan sebagai ajang Solo Car Free Day, sebagai bagian dari tekad pemda untuk mengurangi polusi. Beberapa mal modern di Surakarta antara lain Solo Square, Solo Grand Mall(SGM), Solo Paragon, Solo Center Point (SCP), Singosaren Plaza, Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade Center (BTC), Hartono Mall Solo Baru, Pusat Perbelanjaan Luwes (Ratu Luwes, Sami Luwes, Luwes Sangkrah, Luwes Gading, Luwes Nusukan, Luwes Mojosongo, Luwes Palur), dan Palur Plaza.
Sebagai salah satu kota yang maju, tentu saja di Surakarta juga telah berdiri usaha penginapan dari mulai homestay, losmen, bintang kelas melati hingga hotel berbintang 4 (empat) dan 5 (lima) diantaranya adalah Red Planet (hotel bintang 2, Mangkubumen), Amarelo Hotel (hotel bintang 3, Kemlayan), Grand Amira Hotel (hotel bintang 2, Pasar Kliwon), Amaris Hotel (hotel bintang 2, Sriwedari), Grand Orchid Hotel (hotel bintang 3, Timuran), The Sunan Hotel (hotel bintang 4, Kerten), Hotel Sahid Jaya (hotel bintang 5, Timuran), Simple In Solo (hotel bintang 1, Manahan), Novotel (hotel bintang 4, Timuran). Surakarta memiliki beberapa pabrik yang mempekerjakan karyawan dalam jumlah yang besar antara lain Sritex, Konimex, dan Jamu Air Mancur. Selain itu masih ada banyak pabrik-pabrik lain di zona industri Palur. Industri batik juga menjadi salah satu industri khas Surakarta.
3.sepak bola dan ketika malam hari dan hari Minggu berubah menjadi kawasan sosial bagi warga kota Surakarta.
4. Sekaten, Tari Bedhaya Ketawang, Kitab Pusaka 1 Suro, Solo Batik Carnival, Grebeg Sudiro
5. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 (tiga) buah Sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe.
1. Letak astronomis kota surakarta ? 2. Sebutkan ekonomi kota
Pertanyaan: 1. Letak astronomis kota surakarta ?
2. Sebutkan ekonomi kota surakata ?
3. Sebutkan sosial kota surakarta ?
4. Sebutkan budaya kota surakarta ?.
5. Letak geografis kota surakarta ?
1. Kota Surakarta terletak diantara 110 45` 15″ – 110 45` 35″ Bujur Timur dan 70` 36″ – 70` 56″ Lintang Selatan
2. Industri batik menjadi salah satu industri khas Surakarta. Sentra kerajinan batik dan perdagangan batik antara lain di Laweyan dan Kauman. Pasar Klewer serta beberapa pasar batik tradisional lain menjadi salah satu pusat perdagangan batik di Indonesia. Perdagangan di Surakarta berada di bawah naungan Dinas Industri dan Perdagangan
Selain Pasar Klewer, Surakarta juga memiliki banyak pasar tradisional, di antaranya Pasar Gedhe (Pasar Besar), Pasar Legi, dan Pasar Kembang. Pasar-pasar tradisional yang lain menggunakan nama-nama dalam bahasa Jawa, antara lain nama pasaran (hari) dalam Bahasa Jawa: Pasar Pon, Pasar Legi, sementara Pasar Kliwon saat ini menjadi nama kecamatan dan nama pasarnya sendiri berubah menjadi Pasar Sangkrah. Selain itu ada pula pasar barang antik yang menjadi tujuan wisata, yaitu Pasar Triwindu/Windu Jenar (setiap Sabtu malam diubah menjadi Pasar Ngarsopuro) serta Pasar Keris dan Cenderamata Alun-Alun Utara Keraton Surakarta.Pusat bisnis kota Surakarta terletak di sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Beberapa bank, hotel, pusat perbelanjaan, restoran internasional, hingga tujuan wisata dan hiburan terletak di sepanjang jalan protokol ini, termasuk Graha Soloraya, Loji Gandrung (rumah dinas wali kota). Pada hari minggu pagi, jalanan Slamet Riyadi khusus ditutup bagi kendaraan bermotor, untuk digunakan sebagai ajang Solo Car Free Day, sebagai bagian dari tekad pemda untuk mengurangi polusi. Beberapa mal modern di Surakarta antara lain Solo Square, Solo Grand Mall(SGM), Solo Paragon, Solo Center Point (SCP), Singosaren Plaza, Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade Center (BTC), Hartono Mall Solo Baru, Pusat Perbelanjaan Luwes (Ratu Luwes, Sami Luwes, Luwes Sangkrah, Luwes Gading, Luwes Nusukan, Luwes Mojosongo, Luwes Palur), dan Palur Plaza.
Sebagai salah satu kota yang maju, tentu saja di Surakarta juga telah berdiri usaha penginapan dari mulai homestay, losmen, bintang kelas melati hingga hotel berbintang 4 (empat) dan 5 (lima) diantaranya adalah Red Planet (hotel bintang 2, Mangkubumen), Amarelo Hotel (hotel bintang 3, Kemlayan), Grand Amira Hotel (hotel bintang 2, Pasar Kliwon), Amaris Hotel (hotel bintang 2, Sriwedari), Grand Orchid Hotel (hotel bintang 3, Timuran), The Sunan Hotel (hotel bintang 4, Kerten), Hotel Sahid Jaya (hotel bintang 5, Timuran), Simple In Solo (hotel bintang 1, Manahan), Novotel (hotel bintang 4, Timuran). Surakarta memiliki beberapa pabrik yang mempekerjakan karyawan dalam jumlah yang besar antara lain Sritex, Konimex, dan Jamu Air Mancur. Selain itu masih ada banyak pabrik-pabrik lain di zona industri Palur. Industri batik juga menjadi salah satu industri khas Surakarta.
3.sepak bola dan ketika malam hari dan hari Minggu berubah menjadi kawasan sosial bagi warga kota Surakarta.
4. Sekaten, Tari Bedhaya Ketawang, Kitab Pusaka 1 Suro, Solo Batik Carnival, Grebeg Sudiro
5. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 (tiga) buah Sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe.
Dina dan wulan berasal dari kota surakarta mereka diminta guru
Pertanyaan: Dina dan wulan berasal dari kota surakarta mereka diminta guru untuk mencari foto dan keunikan rumah adat tempat mereka berasal rumah adat tersebut adalah
Jawaban:✔
Rumah joglo.
Penjelasan:✍✔
Rumah joglo adalah rumah adat provinsi Jawa Tengah, kota Surakarta adalah kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah, jadi rumah adat yang harus di foto Dina dan Wulan adalah rumah joglo.
~Semoga Membantu~
#BelajarBersamaBrainly
Arti peningsetan pada adat pernikahan surakarta yaitu
Pertanyaan: Arti peningsetan pada adat pernikahan surakarta yaitu
Peningsetan yang berasal dari kata ‘singset’ atau langsing, memiliki arti untuk mempersatukan; Kedua keluarga mempelai setuju untuk kedua anak mereka disatukan dalam tali pernikahan.
perbedaan pakaian adat Yogyakarta sama Surakarta?
Pertanyaan: perbedaan pakaian adat Yogyakarta sama Surakarta?
JAWABAN!:
1. Blangkon
Blangkon atau semacam topi yang digunakan di kepala memiliki kemiripan dari segi bentuk. Perbedaan di antara blangkon yang digunakan di wilayah Yogyakarta dan Surakarta adalah tonjolan yang terletak di belakang kepala. Tonjolan atau disebut juga mondolan atau gelung belakang pada adat Yogyakarta lebih besar dan menonjol dibandingkan blangkon pada adat Surakarta.
2. Surjan dan beskap
Surjan merupakan baju adat yang digunakan laki-laki di Yogyakarta. Surjan bisa juga disebut sebagai baju takwa. Surjan umumnya memiliki motif bergambar bunga. Berbeda dengan surjan, beskap merupakan istilah untuk baju adat yang digunakan laki-laki di Surakarta. Jika surjan memiliki motif berbentuk bunga, surjan tidak bermotif dan berwarna cenderung gelap atau solid.
3. Keris
Perbedaan antara keris Yogyakarta dan Surakarta yang pertama terletak pada namanya. Keris adat Surakarta bernama ladrang, sedangkan keris adat Yogyakarta bernama branggah. Sarung atau penutup pada ladrang lebih ramping tidak begitu bermotif bila dibandingkan dengan branggah yang memiliki lebih banyak motif dan ornamen.
4.Wiru
Wiru dalam bahasa Indonesia diartikan menjadi seni melipat jarik atau kain batik. Bahkan dalam melipat kain batik pun terdapat perbedaan di antara adat Yogyakarta dan Surakarta.
Pada adat Yogyakarta, garis putih yang terdapat pada ujung jarik diperlihatkan dan kadang disertai lipatan-lipatan atau disebut juga pengkolan-pengkolan. Pada wiru adat Surakarta, bagian putih tersebut justru disembunyikan dengan cara dilipat ke dalam
5.Corak batik
Dari segi pola, batik Yogyakarta dan Surakarta memiliki kemiripan karena keduanya berasal dari sumber yang sama, yakni pola batik Kerajaan Mataram. Meskipun demikian, corak keduanya berbeda. Kain batik adat Yogyakarta berlatar warna putih dengan corak hitam, sedangkan kain batik adat Surakarta berlatar warna cokelat atau kuning dengan corak putih agak kecokelatan.
Meskipun keduanya tampak mirip, namun jika ditilik lebih mendetail akan ada banyak perbedaan dari hal-hal kecil. Seperti yang telah dijelaskan di atas, mulai dari aksesori kepala hingga lipatan jarik pun menjadi indentifikasi pakaian adat Yogyakarta atau Surakarta.
Penjelasan:
semoga membantu
ambil yang penting-penting saja.
Surakarta adalah kota
Pertanyaan: Surakarta adalah kota
Jawaban:
kota yg berada di Jawa tengah
maaf klau salah
Jawaban:
Kota Surakarta, juga disebut Solo, adalah wilayah otonom dengan status Kota di bawah Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, dengan penduduk 519.587 jiwa dan kepadatan 11.798,06/km².
Penjelasan:
Semoga bermanfaat
Upacara adat di surakarta dan di yogyakarta adalah upacara
Pertanyaan: Upacara adat di surakarta dan di yogyakarta adalah upacara
upacara sekaten#smoga membatu
Upacara Grebeg
Upacara Grebeg merupakan upacara adat yang diadakan tiga kali dalam setahun.
Upacara ini digelar pada tanggal-tanggal yang berkaitan dengan hari besar agama Islam, yakni Grebeg Syawal pada saat hari raya Idul Fitri, Grebeg Maulid pada saat hari peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW dan Grebeg Besar pada saat hari raya Idul Adha.
Dalam Upacara Grebeg ini terdapat arak-arakan ratusan prajurit kraton dengan menggunakan pakaian kebesaran prajurit, dan membawa senjata khusus, panji-panji, serta alat musik. Mereka berjalan mengawal Gunungan berupa tumpukan sesaji, makanan yang menyerupai gunung.
Gunungan ini terdiri dari berbagai hasil bumi yang merupakan simbol kemakmuran Keraton Yogyakarta, yang nantinya akan dibagikan kepada rakyatnya.
Dalam perayaan grebeg, terdapat enam jenis gunungan, masing-masing memiliki bentuk yang berbeda dan terdiri dari jenis makanan yang berbeda pula. Gunungan-gunungan ini akan dibawa menuju Alun-alun Utara, Kepatihan/Jalan Malioboro dan Puro Pakualaman dengan iring-iringan prajurit berkuda dan prajurit gajah.
Upacara ini selalu menarik perhatian puluhan ribu warga yang ingin berebut gunungan sebagai sesaji yang dipercaya memiliki berkah.
Saparan Bekakak
Upacara adat Saparan Bekakak merupakan ritual yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I.
Saparan Bekakak dilaksanakan di Desa Ambarketawang, Gamping, Sleman setiap hari Jumat, antara tanggal 10 hingga 20 dalam bulan Sapar (kalender Jawa).
Ritual yang digelar sebagai bentuk permohonan keselamatan warga Gamping ini disebut Saparan Bekakak karena dalam pelengkap upacaranya terdapat sepasang pengantin boneka bekakak yang disembelih sebagai simbol persembahan.
Yang menarik dalam upacara ini, sepasang pengantin bekakak akan diarak menuju tempat penyembelihan yakni Gunung Gamping dan Gunung Kiling.
Dalam arak-arakan itu terdapat sejumlah boneka raksasa berupa ogoh-ogoh, berbentuk setan genderuwo, banaspati, dll yang bertugas mengawal pengantin bekakak. Ritual ini selalu menarik perhatian warga sekitar yang memadati sepanjang rute arak-arakan sepanjang 2 kilometer.
Tradisi Nguras Enceh
Upacara Nguras Enceh atau Mengganti Air Gentong adalah tradisi yang dilakukan pada setiap tanggal 1 Sura khususnya pada hari Jumat Kliwon bertempat di Kompleks Makam Raja-Raja Mataram, Imogiri, Bantul.
Terdapat empat gentong yang akan dikuras dalam acara ini. Keempatnya merupakan hadiah dari Kerajaan Palembang, Kerajaan Aceh, Kerajaan Ngerum (Turki), dan Kerajaan Siam (Thailand) kepada Sultan Agung (1613-1645) sebagai penguasa Kerajaan Mataram saat itu sebagai tanda persahabatan.
Sebelum upacara ini digelar, dilakukan Upacara Ngarak Siwur (Siwur = gayung air dari batok kelapa dengan tangkai bambu) dengan arak-arakan prajurit menuju kompleks makan Raja-raja Imogiri. Setelah itu, upacara nguras Enceh dimulai oleh abdi dalem Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta.
Yang menarik air cidukan dari gentong tersebut selalu diperebutkan warga karena dianggap memiliki tuah tertentu.
Tradisi Cupu Panjala
Upacara ini digelar setiap pasaran Kliwon di penghujung musim kemarau pada bulan Ruwah (Kalender Jawa) bertempat di Desa Mendak Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul.
Cupu Panjala adalah tiga buah cupu keramat yang disimpan dalam kotak kayu berukuran kurang lebih 20 x 10 x 7 cm dan dibungkus dengan ratusan lembar kain mori. Ritual ini sebenarnya adalah prosesi pembukaan atau penggantian pembungkus cupu setiap setahun sekali.
Ritual ini dilakukan oleh para abdi dalem Keraton Yogyakarta dengan memakai pakaian adat Jawa yang sebelumnya telah berpuasa terlebih dahulu.
Acara ini selalu menarik minat masyarakat tak hanya dari wilayah Gunungkidul saja, namun juga dari beberapa wilayah lain di pulau Jawa.
Hal itu tidak terlepas dari keyakinan sebagian masyarakat yang mempercayai bahwa gambar yang terlihat dalam lapisan kain mori pembungkus cupu tersebut merupakan ramalan peristiwa setahun ke depan. Baik itu menyangkut keadaan sosial, perekonomian, lingkungan hidup (alam), bahkan dunia politik.
Yang menarik tak jarang dalam setiap pembukaan Cupu Panjala, sering ditemukan beberapa benda seperti jarum, gabah kering, kulit kacang, hingga motif gambar/bentuk menyerupai wayang atau sosok tertentu.
Padahal selama setahun, cupu tersebut disimpan dalam lemari rapat yang tidak boleh dibuka sama sekali.
Tidak cuma jawaban dari soal mengenai Baju Adat Kota Surakarta, kamu juga bisa mendapatkan kunci jawaban atas pertanyaan seperti Sebutkan dan jelaskan, Arti peningsetan pada, perbedaan pakaian adat, 10 adat yang, dan 1. Letak astronomis.